N
|
yontek? Antara salah dan benar. Salah, karena mencontek merupakan
perilaku yang tidak baik. Benar? Jelas mengakui kalau mencontek perilaku yang
salah, kok malah dibela. Bukannya saya mau membela orang yang mencontek, tapi
saya mau menyalahkan sistem pendidikan Indonesia yang hanya mengandalkan
hafalan bukan pemahaman. Iya kalau orangnya jenius. Sekali duakali baca materi
langsung hafal. Kalau orangnya sukar menghafal? Mau baca materi berulang-ulang
kali pun tidak akan hafal kalau memang dia bukan tipe orang penghafal. Sedangkan
guru menuntut agar muridnya memperoleh nilai bagus. Seakan-akan beliau berkata,
tidak peduli bagaimana caranya, muridku harus mendapat nilai bagus agar bisa
lulus dan membanggakan. Ya alhasil, si murid juga menghalalkan segala cara agar
‘mendapat nilai bagus dan membanggakan’, yakni dengan mencontek.
Ketika satu dua guru tahu soal
contek-mencontek, beliau melarang keras untuk mencontek, dengan alasan agar
sang guru mengetahui, sampai mana kemampuan siswanya dalam memahami pelajaran. Kemampuan
dalam memahami? Kemampuan dalam menghafal kali, bu, pak. Kalau sistem
pendidikannya hanya menguji hafalan, ya percuma sekolah tinggi-tinggi, meraih
gelar susah-susah, toh juga akhirnya akan lupa, iya kan? Ketika orang luar
melihat dari segi gelar, mungkin kita bisa menang, tapi dari segi otak? Hanya sekedar
hafal sekilas, kemudian lupa. Menguap entah kemana. Seharusnya, sistem
pendidikan Indonesia mulai diperbaiki, atau malah diperbaharui. Menjadikan siswa-siswi
Indonesia menjadi generasi-generasi penerus bangsa yang benar-benar
membanggakan, dan mampu membangun negara dengan cerdas, dan bijaksana. Bukankah
begitu, pak, bu?
Rabu, 14 Oktober 2015 14:38:50—saat adzan Ashar
mulai berkumandang di daerah saya. Ditulis oleh pelajar SMK yang mencoba
mengutarakan sesuatu yang mengganjal di benaknya.