Rabu, 14 Oktober 2015

Menyontek



N
yontek? Antara salah dan benar. Salah, karena mencontek merupakan perilaku yang tidak baik. Benar? Jelas mengakui kalau mencontek perilaku yang salah, kok malah dibela. Bukannya saya mau membela orang yang mencontek, tapi saya mau menyalahkan sistem pendidikan Indonesia yang hanya mengandalkan hafalan bukan pemahaman. Iya kalau orangnya jenius. Sekali duakali baca materi langsung hafal. Kalau orangnya sukar menghafal? Mau baca materi berulang-ulang kali pun tidak akan hafal kalau memang dia bukan tipe orang penghafal. Sedangkan guru menuntut agar muridnya memperoleh nilai bagus. Seakan-akan beliau berkata, tidak peduli bagaimana caranya, muridku harus mendapat nilai bagus agar bisa lulus dan membanggakan. Ya alhasil, si murid juga menghalalkan segala cara agar ‘mendapat nilai bagus dan membanggakan’, yakni dengan mencontek.

Ketika satu dua guru tahu soal contek-mencontek, beliau melarang keras untuk mencontek, dengan alasan agar sang guru mengetahui, sampai mana kemampuan siswanya dalam memahami pelajaran. Kemampuan dalam memahami? Kemampuan dalam menghafal kali, bu, pak. Kalau sistem pendidikannya hanya menguji hafalan, ya percuma sekolah tinggi-tinggi, meraih gelar susah-susah, toh juga akhirnya akan lupa, iya kan? Ketika orang luar melihat dari segi gelar, mungkin kita bisa menang, tapi dari segi otak? Hanya sekedar hafal sekilas, kemudian lupa. Menguap entah kemana. Seharusnya, sistem pendidikan Indonesia mulai diperbaiki, atau malah diperbaharui. Menjadikan siswa-siswi Indonesia menjadi generasi-generasi penerus bangsa yang benar-benar membanggakan, dan mampu membangun negara dengan cerdas, dan bijaksana. Bukankah begitu, pak, bu?


Rabu, 14 Oktober 2015 14:38:50—saat adzan Ashar mulai berkumandang di daerah saya. Ditulis oleh pelajar SMK yang mencoba mengutarakan sesuatu yang mengganjal di benaknya.